Kamis, 03 Mei 2012

Tahun Ini (2011).. Bali.. Medan.. Pontianak.. (Tamat)

Setelah sekian lama tidak memperbaharui blog (bahasa resmi) karena tidak ada yang ngasih komentar ke blog ini, akhirnya blog ini dikunjungi dan dikomentari juga oleh beberapa teman baru. hehehe.. cukup membuat semangat untuk meneruskan blog ini lagi.. :D




Oke.. sekarang saatnya bercerita sedikit tentang perjalanan "tugas wisata" saya. Tugas wisata karena setelah melaksanakan tugas, lanjut wisata sekalian. hehehe.. Kerja beres, hati senang. Dan tugas wisata kali ini adalah ke Pontianak.Yap, Kota Khatulistiwa yang panas menyengat. Disanalah Tugu Khatulistiwa berdiri kokoh sampai sekarang.
Tugu Khatulistiwa yang "Asli"(Canon EOS 1000D)

Menurut informasi yang saya baca dari Wikipedia, tugu ini dibangun pada tahun 1928. Setiap tahun sekitar tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September, Tugu Khatulistiwa merupakan tempat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu

Foto penampakan Tugu Khatulistiwa pada tahun 50-an (Canon EOS 100D)

Di sekitar Tugu Khatulistiwa, anak-anak penduduk sekitar dapat bermain dengan bebas di taman yang tidak begitu besar. Namun ada juga yang bermain di "Tempat Yang Lebih Besar" yaitu di rawa-rawa sekitar Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia. Dari sungai ini, denyut kota Pontianak mulai berdetak. Di bantaran Sungai Kapuas beberapa kelompok masyarakat tinggal menetap di rumah-rumah panggung. Kegiatan perdagangan dan bongkar muat kapal pun terjadi di Sungai Kapuas. Namun karena pendangkalan sungai, beberapa kapal terpaksa harus melakukan bongkar muat di tengah sungai. Pihak Bea dan Cukai di wilayah Kalimantan Barat pun harus kerja ekstra dan berpatroli menyisir Sungai Kapuas agar potensi kerugian negara karena penyelundupan dapat dikurangi (bahasa resmi lagi)

 Anak kecil dengan gaya Naruto nya di rumah panggung bantaran Sungai Kapuas (Canon EOS 1000D)

 Anak-anak bermain di sekitar Sungai Kapuas (Canon EOS 1000D)

 Seorang anak Melayu Kalimantan menari di atas gelondongan kayu di Sungai Kapuas (Canon EOS 1000D)

 Kapal patroli bea dan cukai beroperasi di Sungai Kapuas (Canon EOS 1000D)

Saat senja di Sungai Kapuas adalah saat menikmati pemandangan matahari tenggelem yang sangat indah. Warna emas pantulan sinar matahari di permukaan Sungai Kapuas dengan seketika menyejukan hati yang sedari siang dibakar panas matahari khatulistiwa (mulai puitis dikit :p).

 Jembatan Sungai Kapuas yang menjadi salah satu Landmark Kota Pontianak (Canon EOS 1000D)

 Foto udara senja di muara Sungai Kapuas (Canon EOS 1000D)

Demikian perjalanan tugas wisata saya ke Pontianak tahun lalu. Yaa.. kenapa tidak ada foto-foto kuliner khas pontianak adalah karena saya tidak puas wisata kuliner disana. :p Dan semoga diberi kesempatan lagi untuk menjejakan kaki disana untuk wisata kuliner. Amien.
P.S : Tidak ada lagi kata-kata "Salam Traveler.. Aku kan menjelajahimu Indonesiaku.. Batavia.. bla..bla..bla.." Karena saya bukan Traveler, Saya adalah Birokrat..

Minggu, 31 Juli 2011

Tahun Ini.. Bali.. Medan.. Pontianak.. (episode 2)


Melanjuti kisah vakansi ke Bali kemarin, kini saatnya membahas kisah "call of duty" saya ke Medan. Mengapa disebut "call of duty"?? Karena saya ke Medan dalam rangka tugas kantor. hehehe.. Sambil menyelam minum air, pada dasarnya saya bermain-main di Medan setelah tugas saya selesai dikerjakan. Jadi, insyaallah tidak ada pihak yang dirugikan. *ga ada jaminannya juga sih.. hehehe..

"Sisa-sisa peperangan" saya ketika menghabisi Sup Sum-sum Langsa (Blackberry Gemini 8520)

Sudah cukup pembukaan resminya, sekarang saatnya berkisah. Hari pertama tugas ke Medan, pertama kali bagi saya menginjakkan kaki di tanah Sumatera. Sampai di Medan, mampir dulu makan siang dengan menu "Sop Sum-sum Langsa". Makan dengan cara "disedot". Sensasi sum-sum yang masuk di tenggorokan, ummmm.. yummy..!!! Sebuah sensasi yang tak terlupakan..!!! *lebay.

Nimatnya "Udang Galah Ekstra Saus Pedas" (Balckberry Gemini 8520)

Sore harinya (kegiatan selama tugas di Belawan tidak usah saya ceritakan), main ke SUN Plaza yang di dalamnya penuh dengan orang Melayu, China dan India. Menu yang saya "sikat" di tempat ini adalah "Udang Galah Ekstra Saus Pedas", Dimsum, dan "Pie Durian". ahhhh.. nikmat sekali rasanya. Malam pun kami tutup dengan makan durian lagi di "Durian Ucok". Dahsyat dan "Panas"..!! *apa hayoo?? Pulangnya naik "Bentor" ke hotel. Kapasitas sebenarnya hanya cukup dua orang penumpang disamping. Karena kami bertiga, jadilah saya "dikorbankan" duduk di belakang abang-abang tukang Bentor. Sungguh tragis.. *nangis tersedu-sedu.

Penderitaan saat naik "Bentor" (Blackberry Gemini 8520)

"Wisata Kuliner" hari kedua, "Nasi Kapaw" alias Nasi Padang dengan dendeng dan rendang ditemani segelas jus mangga kweni yang segar di siang hari. sluurrrpp..!! Mantap..!! Malam harinya diajak makan malam "Steam Boat" oleh orang-oang kantor di Medan. Sebenarnya tidak cocok, namun karena gratis.. jadi.. yaaa disikat juga sampai habis.. *alibi.

Mie Aceh dengan kepiting "segede gaban" yang sukses membuat saya jackpot (Blackberry Gemini 8520)

Hari ketiga seharian melaksanakan tugas "tukang foto", sore harinya baru lanjut wisata kuliner. Menunya "Mie Aceh Kepiting" dan "Rujak Aceh". Ternyata menu tersebut kombinasi yang tidak baik untuk perut saya. *nangis guling-guling. Saya pun "jackpot". Kepala pusing, perut mual, untung ga telat tiga bulan. *apa hayooo??. Malamnya pun saya menyerah hanya makan malam dan makan durian "lebih sedikit" dari biasanya.

Singgasana Raja di dalam Istana Maimun (Canon EOS 1000D)

Hari terakhir di Medan, icip-icip Es durian, lalu maein ke Istana Maimun. Cukup kecewa ketika main ke Istana Maimun karena tidak semegah yang dibayangkan. Kurang dikelola dengan baik, walaupun untuk masuk kesana tidak dikenakan biaya sama sekali.Di istana yang katanya dibangun oleh arsitek dari Italia ini, kita dapat melihat beberapa foto keluarga kesultanan Deli dan beberapa koleksi barang peninggalan kerajaan.

Demikian kisah singkat saya dalam call of duty dan "Wisata Kuliner" di Medan. Episode selanjutnya saya akan bercerita tentang call of duty saya ke Pontianak, Kota Khatulistiwa.

Salam Traveler..

Aku kan menjelajahimu Indonesiaku.. Jakarta 5 Agustus '11 07.30 WIB


Rabu, 27 Juli 2011

Welcome to Bandung..Paris van Java..Gemah Ripah Repeh Rapih..(episode 2)


Melanjutkan kisah saya di Bandung episode 1 lalu, sekarang saya sedikit bercerita tentang wisata alam di Bandung dan sekitarnya. Mengapa cerita wisata alam?? Karena wisata alam lebih aman dibanding cerita kehidupan malam metropolitan Bandung tentunya. hehehe.. *maluah.

Gunung Tangkuban Perahu dilihat dari daerah Braga, Bandung (Canon EOS 1000D)

Dulu waktu masih muda (baca : zaman SD.red) Ibu Guru pernah mengisahkan kisah seorang anak yang jatuh cinta pada ibunya, lalu sang ibu yang tentu saja tak menginginkan cinta tersebut, menitahkan kepada sang anak untuk membuat bendungan dengan perahu yang harus jadi dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sebelum fajar menyingsing. Lalu dia curangi anaknya dengan membangunkan ayam jago lebih pagi agar si anak gagal melaksanakan titahnya. Mengetahui bahwa ia gagal, sang anak pun dengan amarah yang memuncak menendang perahu buatannya hingga terbalik. Lalu dengan segala keajaiban yang ada berubahlah perahu tersebut menjadi gunung yang sekarang dikenal dengan nama Gunung Tangkuban Perahu (perahu yang menelungkub) *maksa. Demi menjaga mu'ruwah, nama tokoh tidak saya sebutkan. *mikir.

Jalan menuju Gunung Tangkuban Perahu (Kodak M863)

Bandung Utara punya banyak objek wisata alam, selain Gunung Tangkuban Perahu ada juga Wisata Air Panas Ciater, Taman Hutan Raya Ir. Juanda yang didalamnya terdapat Goa Jepang, Goa Belanda dan beberapa Curug yang saya lupa namanya. *pikun.

"Air terjun" di kawasan Wisata Air Panas Ciater (Canon EOS 1000D)

Di wisata alam tersebut biasanya juga dilengkapi dengan aneka "permainan" seperti Area Outbond, Rally Gokart, Paintball, dan masih banyak lagi jenis permainan lainnya. Bisa dibilang jenis-jenis permainan ini sebagai bentuk "pelarian" jika anda merasa bosan dengan wisata alam yang "itu-itu saja".

Mobil Gokart yang saya gunakan ini, berhasil saya "rusak" akibat gaya menyetir saya yang liar (baca : akibat berat badan saya yang over.red) (Canon EOS 1000D)

Dari Bandung Utara beranjak ke Bandung Selatan. Rute yang saya lewati adalah Bandung - Soreang - Ciwidey. Saat pertama kali ke Bandung Selatan, saya berangkat sekitar pukul 05.00 pagi dari Bandung, mendapati Sunrise yang cukup menawan di sekitar Soreang. Melanjutkan perjalanan menuju kawah putih di pagi hari, tubuh berlemak tebal ini tak kuasa menahan dingin yang menembus tulang. *lebay dikit. Itu semua karena perjalanan ini saya tempuh dengan naik motor "Mio", yaa skutermatik kecil bernama "Mio". Bersama sepupu saya yang berbadan sedang, saya yang berbadan "agak besar" dibonceng dibelakang. Kadang kami harus menuntun motor "Mio" tersebut karena sudah tak kuasa lagi menahan "beban" saat perjalanan menuju Kawah Putih. *sedih.

Sunrise di daerah Soreang Bandung (Kodak M863)

Kebun Stroberi yang menjamur di dataran tinggi menuju Kawah Putih (Kodak M863)

Kawah Putih, daerah wisata yang makin terkenal karena dijadikan latar film "Heart" yang diperankan Irwansyah dan Acha Septriasa *nari pom-pom. Daerah yang kaya akan belerang ini sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki gangguan pernapasan. Sangat Berbahaya..!! *biar makin tegang, biar kaya si @poconggg . Apalagi ketika kabut mulai naik, saya yang punya masalah pernapasan bisa tiba-tiba merasa sesak. *sedih.

Bersama rekan-rekan kerja berpose di Kawah Putih Ciwidey (Canon EOS 1000D)

Hati-hati jika kita mau berwisata alam ke Kawah Putih Ciwidey. Selain keadaan alam yang ekstrim, Kawah Putih Ciwidey pun terkenal dengan harga tiket masuk yang terlalu mahal dan sarana prasarana yang minim untuk menjadi sebuah objek wisata alam favorit. Butuh "trik" khusus agar kita bisa nyaman berwisata kesana. *senyum-senyum licik.

Seekor ulat di pintu masuk Kawah Putih Ciwidey (Kodak M863)


Pengunjung "Dilarang Parkir" di kawasan Situ Patenggang (Canon EOS 1000D)

Jika berwisata alam ke daerah Bandung Selatan kurang lengkap rasanya jika tidak sekalian mengunjungi perkebunan teh Rancabali dan Situ Patenggang yang masih masuk ke dalam wilayan Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. *belajar Geografi. Di tengah-tengah Situ Patenggang terdapat situs yang dikenal sebagai "Batu Cinta" yang menjadi "selling point" dari objek wisata tersebut. Di "Batu Cinta" tersebut konon dipercaya dapat mempererat hubungan kasih dua anak manusia yang terikat tali asmara. *galau. Kalau saya lebih percaya, "Batu Cinta" tersebut dapat menjadi sumber mata pencaharian tukang perahu yang menawarkan jasa berwisata keliling "Batu Cinta" tersebut daripada menjadi "sumber jodoh" pasangan anak manusia yang memadu kasih disana. *makin galau.

Kawasan Kebun Teh Rancabali, Ciwidey (Kodak M863)

Demikian cerita singkat saya dari sedikit pengalaman wisata alam di daerah Bandung dan sekitarnya. Kurang lebihnya saya minta maaf karena beberapa hari lagi kita akan menjalankan ibadah puasa. *salaman.

Mohon maaf lahir dan batin. Semoga selalu diberikan rahmat dan berkah dari Allah selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan tahun ini. *pildacil.

Salam Traveler..

Aku kan menjelajahimu Indonesiaku.. Batavia 29 July '11 18.34 WIB

Senin, 25 Juli 2011

Tahun Ini.. Bali.. Medan.. Pontianak.. (episode 1)



Tahun ini merupakan tahun yang "berwarna" untuk saya. Awal tahun ini diberi kesempatan pergi ke Pulau Dewata, menginjakan kaki pertama kali di Pulau Sumatera, lalu diberi kesempatan lagi untuk kedua kalinya mengunjungi Borneo.


"Bule" di Pantai Kuta (Canon EOS 1000D)

Apa yang pertama kali ada di benak kalian jika mendengar kata "Bali"?? tidak jauh dari "bule", pantai, "bule", tari-tarian, "bule", agama Hindu, "bule", dan masih banyak lagi "bule" yang lain. *maluah

"Truk Pengangkut Sampah" di Pantai Kuta (Canon EOS 1000D)

Ternyata sekarang ada satu kata lagi yang identik dengan Bali, yaitu "Sampah". Sampah betul-betul menjadi ancaman yang serius untuk pariwisata Bali. *bahasa ketinggian. Kaget juga saya, bukannya melihat "bule" seperti yang banyak dibilang teman-teman, eehh.. saya malah melihat "mesin garuk" itu wara-wiri. Sungguh merusak pemandangan. (-___-!!)

Joger, "Pabrik kata-kata" yang fenomenal dari Bali (Canon EOS 1000D)

Vakansi ke Bali kemarin sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan hati, namun apa daya, selama itu gratis (Transport dan akomodasi ditanggung sponsor *hehe..), jadi yaaa.. saya sikat saja.. *cool. Kenapa tidak sesuai dengan keinginan hati, karena selama di Bali kemarin saya menggunakan jasa tour guide, jadinya banyak tempat yang mau saya datangi, tapi tidak masuk list-nya si tour guide. *nangis di bawah shower

Tempat penangkaran penyu, Deluang Sari, Tanjung Benoa (Canon EOS 1000D)

Bagai kambing yang mengikuti gembalanya, saya nurut saja kemana si tour guide melangkah. Hari pertama di Bali, pagi-pagi sudah di ajak ke Outlet "Joger". Bagi yang berdompet tebal dan suka belanja, "Joger" adalah anugerah dari Sang Hyang Widhi untuk Tanah Bali. Namun bagi yang berdompet anak mahasiswa seperti saya, "Joger" adalah bencana. *nangis. Dari sana, lanjut mengunjungi penangkaran penyu di Deluang Sari, Tanjung Benoa. Karena saya ikut rombongan, yang rata-rata isinya adalah ibu-ibu latah, mereka girang sekali "main" anak penyu disini. Sedang yang saya lakukan adalah berharap cepat pergi dari tempat ini karena sungguh membosankan. *galau.

Penampakan kafe milik Tomy Suharto di Pantai Dreamland, Uluwatu (Canon EOS 1000D)

Siang harinya, saya mengunjungi Pura Uluwatu, namun karena banyak kera yang loncat kesana-kesini di daerah tersebut, saya tinggalkan kamera saya dan benar-benar menikmati suasana alamnya yang.. aahhh.. kenapa di tempat sebagus ini saya malah tidak bawa kamera..!!! *aarrgghh...!!! Sore harinya diajak si tour guide ke Pantai Dreamland untuk "menikmati" Sunset. Tapi apa lacur.. Sudah tempatnya nun jaauuuhh masuk ke daerah "perumahan", sampai di pantai, sampah menumpuk di pinggir pantai. Terus sayup-sayup terdengar musik ajeb-ajeb dari kafe pinggir pantai yang konon santer terdengar kabarnya (*bahasa infotainment) milik Tomy Suharto. Gosip yang beredar, ternyata di kafe itulah "Hot Mama" Andi Soraya dan Catherine Wilson "main pukul-pukulan".

Singa Barong (Canon EOS 1000D)

Tema vakansi hari selanjutnya adalah wisata ke daerah pegunungan. Melihat tari Barong di desa Ubud, mengunjungi Pura Besakih di Karangasem dan komplek Pura Tirtha Empul yang letaknya dekat dengan Istana Kepresidenan di Tampaksiring. Sebenarnya berkunjung juga ke Daerah Kintamani dan Goa Gajah, tapi foto-foto disana tidak lolos "ruang editing". *kabuuurr.. .

Kolam di dalam Komplek Pura Tirtha Empul (Canon EOS 1000D)


Salah satu pura di puncak bukit kawasan Pura Besakih Karangasem (Canon EOS 1000D)

Begitulah sedikit kisah saya selama beberapa hari di Bali. Selanjutnya di episode 2, saya akan mengisahkan perjalanan saya ke Medan dan Pontianak. Dalam rangka tugas sih, tapi tenang.. Tugas tetap yang nomer satu kok.. Pulang pun bawa hasil.. *berat badan nambah.. hahaha..

Salam Traveler..

Aku kan menjelajahimu Indonesiaku.. Batavia 25 July '11 13.40 WIB


Minggu, 19 Desember 2010

Welcome to Bandung..Paris van Java..Gemah Ripah Repeh Rapih..(episode 1)


Ada tiga kota yang membuatku selalu terkenang. Saya selalu memiliki chemistry yang kuat kepada ketiga kota itu. Yogyakarta yang membuatku terpesona saat masih kecil, Malang karena pujaan hati sedang berada disana, dan Bandung..yang entah mengapa kota itu sangat menarik perhatian saya.

Gedung sate (Canon EOS 1000D)

Bicara soal Bandung tentu saja tak boleh ketinggalan dengan gedung satu ini. Gedung sejarah peninggalan Belanda ini memang megah tiada tara. Magnet tersendiri bagi kota Bandung dengan Lapangan Gasibu didepannya. Mampirlah kesana saat minggu pagi saat waktu-waktu tertentu, dan kau akan merasa ingin segera meninggalkan Bandung saat itu juga. Begitulah dahsyatnya pasar minggu kota Bandung dengan ribuan orang yang berjejal tak karuan dengan segala kepentingannya.

Kereta siap berangkat di Stasiun Hall Bandung (Kodak M863)

Oh iya..Bandung memiliki stasiun kereta api bersejarah, Stasiun Hall namanya. Melayani rute selatan Pulau Jawa menuju Surabaya, Yogyakarta, bahkan hingga Kota Malang. Cobalah naik Kereta Parahyangan Kelas Eksekutif sekitar pukul tiga sore. Saat langit cerah kalian akan menyaksikan sebuah "Dunia yang hilang". The Lost World from West Java begitu saya menyebutnya. Tak pernah saya abadikan dengan kamera agar saya selalu penasaran dibuatnya.

Jembatan Pasupati dan padatnya kota Bandung (Canon EOS 1000D)

Ikon kota Bandung lainnya. Inilah jembatan dengan bentuk "busur dan anak panah" karena begitulah sesuai dengan namanya "Pasopati" busur dan anak panah milik Sang Arjuna. Keindahan dibalik hiruk pikuk Bandung yang makin lama makin tak terperi rasanya.

Bandung pun punya Sarinah (Kodak M863)

Takjub rasanya begitu melihat papan nama ini disekitar jalan menuju Braga. Katanya akan dibangun hotel bintang tiga di lokasi itu. Doaku hanya satu, semoga Braga yang merupakan kawasan kota tua di Bandung tetap lestari walaupun harus bersanding dengan pohon-pohon beton yang makin marak di sekitar kawasan itu.

Pintu Masuk Braga City Walk (Canon EOS 1000D)


Setiap berkunjung ke suatu kota, Museum adalah salah satu tempat yang harus saya kunjungi terlebih dahulu (museum adalah salah satu wisata yang murah, itu intinya). Tak terkecuali Bandung dengan Museum Geologi yang berdiri megah tak jauh dari Gedung Sate.

Pintu masuk Museum Geologi / Fisheye mode (Canon EOS 1000D)

Museum Geologi dengan gedung peninggalan Belanda dengan kisah sejarah yang panjang. Baru direnovasi dan dibuka kembali tahun 2000, museum ini merupakan salah satu museum favorit murid-murid sekolah. Dengan koleksi fosil dinosaurus dan mineral-mineral, cukup memuaskan hasrat anak sekolah yang haus akan ilmu pengetahuan. Bagi para muda-mudi, cukup memuaskan hasrat mereka berwisata dengan isi kantong yang ala kadarnya.

Museum Geologi Bandung (Canon EOS 1000D)

Nikmatilah Bandung dari sisi yang lain, jangan hanya modenya saja yang kau agungkan, wanitanya yang selalu kau puja-puja kesempurnaan fisiknya, atau pergaulan muda-mudi disana yang tak jauh dari kafe, distro atau sejenisnya yang selalu kau idam-idamkan, dan entah mengapa Bandung selalu menarik hati ini. (Batavia 20 Des '10 14:55 WIB)

Rabu, 17 November 2010

Selamat datang di Bumi Kartini


Bulan Nopember ini saya mendapat undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan Mas Mujiastono dengan Mba Festy Dian..

Itjen in action at Mujiastono's Weeding (Canon EOS 1000D)

Awalnya saya tidak jadi ikut ke Jepara karena masalah finansial..hehehe..(maklum, target akhir Desember saya masih jauh..belum tercapai..) Tapi, memang rejeki tidak akan lari kemana, saya ditawari Subbag.RT untuk ikut ke Jepara bersama mereka. Saya pun tak akan melewatkan kesempatan berkunjung ke Bumi Kartini itu..

Perjalanan ditempuh selama 17 jam. Tak usah saya ceritakan bagaimana perjalannya. Cukup saya bilang, "Saya yang segede Kingkong ini, selama 17 jam di kursi belakang Panther Touring yang menderu kencang di jalan yang berlubang Jalur Pantura.."

Sampai Jepara pukul setengah 8, saya disambut sinar mentari yang hangat, jalanan Jepara yang sepi, dan toko furniture di kanan kiri jalan menuju hotel.




Jepara's Sunrise (Canon EOS 1000D)












Sebelum berangkat ke Jepara, saya sempatkan untuk googling di dunia maya untuk mencari informasi tempat wisata di Jepara. Saya hanya mendapat dua tempat, yaitu pantai Kartini dan pantai Bandengan. Jadilah saya beserta rombongan, setelah menghadiri resepsi pernikahan Mas Muji, jalan-jalan ke Pantai Kartini.



Dermaga di Pantai Kartini (Canon EOS 1000D)












Menurut saya Pantai Kartini tidak begitu bagus. Sama seperti pantai-pantai Indonesia lainnya yang dikelola komersil, tampak pedagang berjualan dimana-mana dan beberapa fasilitas yang nampak rusak. Rombongan pun terpikat bujuk rayu Tukang Kapal untuk menyeberang ke Pulau Panjang.




On the way to Panjang Island (Canon EOS 1000D)















Pantai Kartini dilihat dari perairan sekita Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)






Warga sekitar Pantai Kartini sedang memancing ikan (Canon EOS 1000D)


Sampai di Pulau Panjang, saya kecewa. Kecewa karena ternyata pemandangan disana tidak lebih baik dengan Pantai Kartini. Mengingatkan saya akan Pulau Tidung Kecil yang sama rusaknya dengan Pulau Panjang karena sampah dimana-mana.



Jalan Masuk ke Pulau Panjang (Canon Eos 1000D)






















Sampah yang mengganggu di Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)











Sampah yang mengganggu di pesisir Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)

Setelah beberapa menit di Pulau Panjang kami pun kembali ke kapal untuk pulang ke Pantai Kartini.

Kembali pulang ke Pantai Kartini (Canon EOS 1000D)

Merindunya diriku akan pantai nan indah di Jawa Dwipa ini. (Batavia 18 Nov '10 11:45 WIB)