Minggu, 19 Desember 2010

Welcome to Bandung..Paris van Java..Gemah Ripah Repeh Rapih..(episode 1)


Ada tiga kota yang membuatku selalu terkenang. Saya selalu memiliki chemistry yang kuat kepada ketiga kota itu. Yogyakarta yang membuatku terpesona saat masih kecil, Malang karena pujaan hati sedang berada disana, dan Bandung..yang entah mengapa kota itu sangat menarik perhatian saya.

Gedung sate (Canon EOS 1000D)

Bicara soal Bandung tentu saja tak boleh ketinggalan dengan gedung satu ini. Gedung sejarah peninggalan Belanda ini memang megah tiada tara. Magnet tersendiri bagi kota Bandung dengan Lapangan Gasibu didepannya. Mampirlah kesana saat minggu pagi saat waktu-waktu tertentu, dan kau akan merasa ingin segera meninggalkan Bandung saat itu juga. Begitulah dahsyatnya pasar minggu kota Bandung dengan ribuan orang yang berjejal tak karuan dengan segala kepentingannya.

Kereta siap berangkat di Stasiun Hall Bandung (Kodak M863)

Oh iya..Bandung memiliki stasiun kereta api bersejarah, Stasiun Hall namanya. Melayani rute selatan Pulau Jawa menuju Surabaya, Yogyakarta, bahkan hingga Kota Malang. Cobalah naik Kereta Parahyangan Kelas Eksekutif sekitar pukul tiga sore. Saat langit cerah kalian akan menyaksikan sebuah "Dunia yang hilang". The Lost World from West Java begitu saya menyebutnya. Tak pernah saya abadikan dengan kamera agar saya selalu penasaran dibuatnya.

Jembatan Pasupati dan padatnya kota Bandung (Canon EOS 1000D)

Ikon kota Bandung lainnya. Inilah jembatan dengan bentuk "busur dan anak panah" karena begitulah sesuai dengan namanya "Pasopati" busur dan anak panah milik Sang Arjuna. Keindahan dibalik hiruk pikuk Bandung yang makin lama makin tak terperi rasanya.

Bandung pun punya Sarinah (Kodak M863)

Takjub rasanya begitu melihat papan nama ini disekitar jalan menuju Braga. Katanya akan dibangun hotel bintang tiga di lokasi itu. Doaku hanya satu, semoga Braga yang merupakan kawasan kota tua di Bandung tetap lestari walaupun harus bersanding dengan pohon-pohon beton yang makin marak di sekitar kawasan itu.

Pintu Masuk Braga City Walk (Canon EOS 1000D)


Setiap berkunjung ke suatu kota, Museum adalah salah satu tempat yang harus saya kunjungi terlebih dahulu (museum adalah salah satu wisata yang murah, itu intinya). Tak terkecuali Bandung dengan Museum Geologi yang berdiri megah tak jauh dari Gedung Sate.

Pintu masuk Museum Geologi / Fisheye mode (Canon EOS 1000D)

Museum Geologi dengan gedung peninggalan Belanda dengan kisah sejarah yang panjang. Baru direnovasi dan dibuka kembali tahun 2000, museum ini merupakan salah satu museum favorit murid-murid sekolah. Dengan koleksi fosil dinosaurus dan mineral-mineral, cukup memuaskan hasrat anak sekolah yang haus akan ilmu pengetahuan. Bagi para muda-mudi, cukup memuaskan hasrat mereka berwisata dengan isi kantong yang ala kadarnya.

Museum Geologi Bandung (Canon EOS 1000D)

Nikmatilah Bandung dari sisi yang lain, jangan hanya modenya saja yang kau agungkan, wanitanya yang selalu kau puja-puja kesempurnaan fisiknya, atau pergaulan muda-mudi disana yang tak jauh dari kafe, distro atau sejenisnya yang selalu kau idam-idamkan, dan entah mengapa Bandung selalu menarik hati ini. (Batavia 20 Des '10 14:55 WIB)

Rabu, 17 November 2010

Selamat datang di Bumi Kartini


Bulan Nopember ini saya mendapat undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan Mas Mujiastono dengan Mba Festy Dian..

Itjen in action at Mujiastono's Weeding (Canon EOS 1000D)

Awalnya saya tidak jadi ikut ke Jepara karena masalah finansial..hehehe..(maklum, target akhir Desember saya masih jauh..belum tercapai..) Tapi, memang rejeki tidak akan lari kemana, saya ditawari Subbag.RT untuk ikut ke Jepara bersama mereka. Saya pun tak akan melewatkan kesempatan berkunjung ke Bumi Kartini itu..

Perjalanan ditempuh selama 17 jam. Tak usah saya ceritakan bagaimana perjalannya. Cukup saya bilang, "Saya yang segede Kingkong ini, selama 17 jam di kursi belakang Panther Touring yang menderu kencang di jalan yang berlubang Jalur Pantura.."

Sampai Jepara pukul setengah 8, saya disambut sinar mentari yang hangat, jalanan Jepara yang sepi, dan toko furniture di kanan kiri jalan menuju hotel.




Jepara's Sunrise (Canon EOS 1000D)












Sebelum berangkat ke Jepara, saya sempatkan untuk googling di dunia maya untuk mencari informasi tempat wisata di Jepara. Saya hanya mendapat dua tempat, yaitu pantai Kartini dan pantai Bandengan. Jadilah saya beserta rombongan, setelah menghadiri resepsi pernikahan Mas Muji, jalan-jalan ke Pantai Kartini.



Dermaga di Pantai Kartini (Canon EOS 1000D)












Menurut saya Pantai Kartini tidak begitu bagus. Sama seperti pantai-pantai Indonesia lainnya yang dikelola komersil, tampak pedagang berjualan dimana-mana dan beberapa fasilitas yang nampak rusak. Rombongan pun terpikat bujuk rayu Tukang Kapal untuk menyeberang ke Pulau Panjang.




On the way to Panjang Island (Canon EOS 1000D)















Pantai Kartini dilihat dari perairan sekita Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)






Warga sekitar Pantai Kartini sedang memancing ikan (Canon EOS 1000D)


Sampai di Pulau Panjang, saya kecewa. Kecewa karena ternyata pemandangan disana tidak lebih baik dengan Pantai Kartini. Mengingatkan saya akan Pulau Tidung Kecil yang sama rusaknya dengan Pulau Panjang karena sampah dimana-mana.



Jalan Masuk ke Pulau Panjang (Canon Eos 1000D)






















Sampah yang mengganggu di Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)











Sampah yang mengganggu di pesisir Pulau Panjang (Canon EOS 1000D)

Setelah beberapa menit di Pulau Panjang kami pun kembali ke kapal untuk pulang ke Pantai Kartini.

Kembali pulang ke Pantai Kartini (Canon EOS 1000D)

Merindunya diriku akan pantai nan indah di Jawa Dwipa ini. (Batavia 18 Nov '10 11:45 WIB)

Senin, 18 Oktober 2010

Tahun lalu ke Celebes..Tahun ini ke Borneo..Tahun depan ke ... ??



Hari Kamis pagi, tanggal 7 Oktober 2010, Bos tiba-tiba menyodorkan surat dari kantor sebelah berupa undangan mengikuti pelatihan di Balikpapan. Mungkin lebih tepatnya undangan liburan karena kata si Bos "paling juga maen-maen aja disana..". Saya pun senyum-senyum saja mendengarnya.

Jantung pun langsung berdegup kencang karena tiba-tiba terbayang harus di pesawat selama dua jam untuk sampai di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Yaa..saya parno (bukan porno.red) naik pesawat. Pengalaman yang lalu, ketika saya dinas ke Makassar sendiri, sungguh tidak nyaman rasanya di pesawat tanpa teman ngobrol.

ahhh..dinas ke Makassar, perjalan pertama saya ke Celebes, negeri angin Mamiri satu tahun silam.

Langit biru perjalanan ke Celebes (Kodak M863)

Sedikit cerita ketika saya ke Celebes tahun lalu. Perjalanan yang sangat singkat. Yaa..saya dinas keluar kota tidak pernah lama-lama. Paling lama mungkin hanya dinas kemarin ke Surabaya. Ketika ke Makassar tahun lalu, takjub saya dibuatnya dengan pemandangan dari atas 30.000 kaki.










Sebuah Pulau (saya tidak tahu apa namanya) di laut sekitar Makassar. (Kodak M863)












Sampai di Bandara Hasanudin, saya dibuat kagum dengan bentuk dan arsitektur bandara disana.








Langit-langit Bandara Hasanudin (Kodak M863)













Ruang tunggu Bandara Hasanudin (Kodak M863)
Dedikasi setinggi-tingginya untuk The Traveler, Kawan kami Kharisma Adam.
Walaupun belum sempat saya berwisata dengannya, foto ini merupakan foto yang pernah dikomentarinya dulu.
Tenang disana kawan. Semangat menjelajahmu akan selalu membakar jiwa muda kami.








Walaupun perjalanan di sana singkat, puas saya dengan wisata kulinernya. Ikan bakar laylay, Pisang Epek, dan suasana Losari malam hari. Lain waktu kita berjumpa lagi disana.

Kembali ke masa sekarang. Dinas ke Balikpapan saya tidak ditemani Canon EOS 1000D seperti biasanya, melainkan kamera pinjaman dari teman, Canon EOS Kiss-X3.

Kesan pertama sampai di Bandara Sepinggan, inilah negara khatulistiwa. Panas hampir 30 derajat Celcius membakar aspal Runway Bandara Sepinggan. Segera bergegas saya mencari taksi, lalu meluncur ke hotel Aston.

Letaknya sangat strategis, pinggir pantai ,cocok sekali untuk hunting sunset ataupun sunrise. Tapi apa daya, ternyata situasi kurang mendukung. Hanya sedikit foto yang bisa dihasilkan dari call of duty saya kemarin di Balikpapan.






Romantic Corner in Aston Balikpapan (Canon EOS Kiss X3)

















Sunrise "gagal" dari Aston Balikpapan (Canon EOS Kiss X3)










Samar-samar terlihat kelap-kelip Balikpapan menjelang pagi (Canon EOS Kiss X3)

Aku kan menjelajahimu Indonesiaku..Batavia 18 Oct '10 16:40 WIB


Senin, 16 Agustus 2010

Sinar Matahari adalah hidupku

Sunrise di Laut Jawa, Indonesia (Canon EOS 1000D)

Saya malu mengakuinya..Tapi..yaaa..biarlah saya malu, lebih baik begitu daripada harus berbohong..

Ini pertama kalinya saya membuat postingan di blog..

Dan untuk postingan pertama saya ini, saya hanya ingin sedikit berbagi foto hasil jepretan saya dengan kamera Canon EOS 1000D dan Kodak M863..

Saya ambil tema yang sederhana saja..

Matahari..

Sebuah senandung dari Alm. Imanez yang dulu selalu saya dengarkan yang judulnya "Anak Pantai" adalah alasan mengapa saya mengambil tema ini.

di salah satu bait lagu itu, Alm. Imanez bersenandung :
"...Ngak kenal waktu, Ngak kenal hari..yang ku tahu..hanyalah sunset dan sunrise.. ooo……Anak pantai........ooo……Suka damai ooo……Anak pantai........ooo……hidup santai..."

Yaaa..Hidup santai..Hidup damai..Hidup yang sederhana..Memandang matahari di pagi hari dengan hangat dan menikmati senja saat matahari kembali ke peraduannya..Saat kita masih bisa menikmati saat-saat itu..saat itulah kita masih diberikan nikmat hidup oleh Tuhan di dunia ini..










Sunrise di Pulau Tidung,
Kepulauan Seribu, Indonesia (Canon EOS 1000D)













Sunrise di Pulau Tidung,
Kepulauan Seribu, Indonesia (Canon EOS 1000D)












Sunset di Bilangan Senen, Jakarta, Indonesia